Inthilan

Minggu, 18 Maret 2012

Pesan Sang Ibu


Darah Juang
Pesan Sang Ibu
Tatkala aku menyarungkan pedang
Dan bersimpuh diatas pangkuannya
Tertumpah rasa kerinduanku pada sang ibu
Tangannya yang halus mulus membelai kepalaku
Bergetarlah seluruh jiwa ragaku
Musnahlah seluruh api semangat juangku
Namun,,,,Sang Ibu berkata
Anakku sayang apabila kakimu sudah melangkah ditengah padang
Tancapkanlah kakimu dalam-dalam
Dan tetaplah terus bergumam
Sebab gumam adalah mantra dari dewa-dewa
Gumam  mengandung ribuan makna
Apabila gumam sudah menyatu dengan jiwa raga,
Maka gumam akan berubah menjadi teriakan-teriakan yang nantinya akan berubah menjadi gelembung salju yang besar
Yang nantinya akan mampu merobohkan istana yang penuh dengan kepalsuan
Gedung” yang di huni kaum munafik
Tatanan negeri ini sudah hancur anakku
Hancurkan oleh sang penguasa negeri ini
Mereka hanya bisa bersolek di depan kaca
Tapi membiarkan punggungnya penuh noda
Dan penuh lendir hitam yang baunya kemana-mana
Mereka selalu menyemprot kemaluannya dengan parfum luar negeri
Di luar berbau wangi di dalam penuh dengan bakteri
Dan hebatnya sang penguasa negeri ini
Pandai bermain akrobat
Tubuhnya mampu dilipat-lipat
Yang akhirnya pantat dan kemaluannya sendiri mampu di jilat-jilat
Anakku,,,apabila pedang sudah kau cabut
Janganlah surut,,janganlah bicara soal menang dan kalah,,
Sebab menang dan kalah hanyalah mimpi-mimpi,,
Mimpi-mimpi muncul dari sebuah keinginan
Keinginan hanyalah sebuah khayalan
Yang hanya melahirkan harta dan kekuasaan
Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun yang terbang di udara
Anakku,,,asahlah pedang,ajaklah mereka bertarung ditengah padang,,
Lalu tusukan pedangmu di tengah-tengah selangkangan mereka
Biarkan darah tertumpah di negeri ini
Satukan gumammu menjadi REVOLUSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar